Selasa, 16 Desember 2014

KONTAMINASI PADA KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

Kontaminasi pada Kultur Jaringan Tumbuhan

    Kontaminasi merupakan permasalahan mendasar yang sering terjadi pada kultur in vitro. Pada kondisi media yang mengandung sukrosa dan hara, serta kelembaban dan suhu yang relatif tinggi, memungkinkan mikroorganisme serta spora jamur tumbuh dan berkembang dengan pesat. Mikroorganisme penyebab kontaminasi dapat berupa bakteri, fungi, protozoa, serangga, virus dan lain-lain. Kontaminasi oleh fungi ditandai dengan munculnya benang-benang halus yang berwarna putih, yang merupakan miselium fungi. Fungi dapat menginfeksi jaringan secara sistemik sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan jaringan eksplan akan mati. Selain itu, kontaminasi oleh bakteri ditandai munculnya bercak-bercak berlendir pada media atau eksplan. Bercak tersebut biasanya berwarna putih yang merupakan koloni bakteri. Bakteri lebih sulit untuk dideteksi dibandingkan dengan fungi karena dapat masuk ke dalam ruang antar sel. Faktor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada kultur in vitro dapat berasal dari:
a.       Udara.
b.      Eksplan, baik secara eksternal maupun internal.
c.       Organisme kecil yang masuk ke dalam media, seperti semut.
d.      Botol kultur serta alat-alat yang kurang steril.
e.       Lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor.
f.       Kecerobohan dalam bekerja.
Setiap eksplan memiliki tingkat kontaminasi permukaan yang berbedan tergantung dari :
a.       Jenis tumbuhannya.
b.      Bagian tumbuhan yang dipergunakan.
c.       Morfologi permukaan (misalnya berbulu atau tidak).
d.      Lingkungan tumbuhnya (Green house atau lapang).
e.       Musim waktu pengambilan (musim penghujan atau musim kemarau).
f.       Umur tumbuhan (seedling atau tumbuhan dewasa).
g.      Kondisi tumbuhannya (sehat atau sakit).

Kontaminasi permukaan dapat diatasi dengan cara :
a)      Karantina tanaman induk dalam greenhouse.
b)      Sterilisasi kontak dengan menyikat eksplan dengan sikat halus.
c)      Pencucian menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia dan durasii sterilisasi.
d)  Jika permukaan tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik, menggunakan detergen dan digoyang – goyang untuk mengilangkan gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme.
e)      Penggunaan kombinasi bahan sterilan.
f)  Menggunakan HgCl2, antibiotik dan fungisida sistemik. Contoh antibiotik alami yaitu propolis. Contoh antibiotika sintetik yaitu Plant Preservative Mixture (PPM),  Cefotaxime, Ceftriaxone, Chlorampenicol, Rifampicin, dan lain-lain.
g)      Penggunaan kombinasi bahan sterilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar